Juli tahun lalu, saya bersama teman saya hendak mengisi weekend menuju Pulau Biawak. Plan sudah matang, dan malam itupun kami berkumpul di meeting point. Apa mau dikata jika alam sudah bicara, nelayan yang hendak membantu menyebrangkan kami memberi kabar, cuaca buruk di laut karena angin kencang. Pupuslah sudah rencana liburan kali ini. Sampai seorang teman yang merencanakan dari 2010 hendak menjadikan Pulau Biawak salah satu dari daftar blacklist, karena berapa kali mengalami kegagalan untuk trip kesana.
Dermaga Pulau Biawak
Waktu pun berlalu, akhirnya keinginan itu kembali muncul. Dengan menghubungi beberapa teman, saya dan rekan saya mengadakan open trip dengan kuota 20 orang. Survey pun kami lakukan, dan bertemu langsung dengan nelayan lokal yang menyediakan jasa penyebrangan ke Pulau Biawak. Singkat cerita kamipun menyepakati harga dengan catatan nelayan tsb tidak mau terima DP sebelum memberi kabar cuaca bagus.
Taraa,, dan rencana semakin matang, hari demi hari kami terus berkomunikasi dengan nelayan tersebut mengenai cuaca. Cuaca bagus mbak. Bisa nyebrang. Makin girang kami.
Tetapi tanpa diduga, tepat H-2 keberangkatan nelayan tersebut memberi kabar cuaca buruk dan tidak menyanggupi untuk menyebrang. Huff,, apakah semisterius itu Pulau Biawak?? Gagal lagi?? :((
Tapi Tuhan berkehendak lain, the power of Google akhirnya kami menemukan kontak Pak Tasid,malam itu kami menghubungi beliau, beliau mengatakan cuaca bagus, dan mau menemani kami menyebrang. Dan lagi2, hikmah kami dapat.. Harga kapal lebih murah, lengkap dengan sewa life jacket , perijinan dan jasa masak.
Finally, Sabtu dini hari kami pergi dari Karangsong , Indramayu ditemani Om Wawan ( Om Igun) dari Asosiasi Fotografer Indramayu. Perjalanan kami sempat terkendala perahu yang tersangkut pukat harimau, oli yang kurang.. Ada yang tak biasa dari perjalanan ini, yaitu menikmati sunrise ditengah laut!! Dan setelah hampir 5 jam terombang ambing di laut, kami melihat Pulau. Yeeyy,, Biawak Island, I’m coming..
Sunrise Laut Jawa
Homestay
Setelah disambut oleh Pak Subur sebagai penjaga pulau,dan kami menyimpan barang-barang kami di homestay, kami beranjak ke Pulau Gosong. Ya, spot disini lumayan bagus untuk snorkeling. Pulau Gosong konon dahulunya lebih luas dari Pulau Biawak, hanya saja karena eksploitasi Pertamina, Pulau ini rusak. Kami melakukan snorkeling disekitar pulau dan harus cukup berhati-hati karena banyak terdapat bulu babi disini. Eksplore Pulau Gosong selesai, waktunya kembali ke Pulau Biawak untuk makan siang. Dan, saya menghabiskan waktu dengan tidur karena lelah. Haha. Ketika kami tiba di Pulau Biawak, keadaan surut sehingga kami harus berjalan kaki menuju dermaga.
Pulau Gosong
View dari kapal (bukan kaki saya hehe)
Underwater Pulau Gosong
ikan ikaann
pulau gosong *photo by om igun
Makan siang sudah siap.. Dan kami makan siang ditemani beberapa ekor biawak yang jinak ( sudah terbiasa bertemu manusia) , tapi harus tetap berhati-hati karena kibasan ekornya cukup berbahaya. Terdapat ribuan ekor biawak di dalam hutan, tetapi pada dasarnya mereka takut manusia, ujar Pak Subur.
Makan siang
Dikarenakan di pulau ini tidak ada signal (provider apapun), dan listrik pun ada mulai pukul 18.00 dari mesin diesel, kami banyak menghabiskan waktu untuk eksplore pulau. Kegiatan yang bisa dilakukan yaitu mengunjungi makam Syeh Syarif Khasan, melihat sumur warna, mengelilingi hutan mangroove, berfoto dengan biawak, bermain dan bersantai.
hunting foto biawak :))
santai… *photo by dinar*
sebagian dari kami main kartu UNO
Sebagian dari kami menyusuri sisi pulau yang surut siang itu
sisi pulau ketika surut *photo by rene*
jelajah hutan bakau *photo by rene*
Sore menjelang, saatnya hunting sunset. Yeah, cuaca cukup cerah (panas) hihi.. Sebagian ikut nelayan memancing ikan untuk santap malam, yeyeye barbeque ikan.. Syukur sore itu kami dapat pemandangan menakjubkan, suset yang nyaris sempurna, sayang matahari sedikit tertutup awan.
sunset dari dermaga
sunset dibalik pulau
Ada sebagian dari kami yang menaiki mercusuar pada sore hari. Karena saya masih boatlag, baru sampai lantai 5 saja sudah pusing. Saya memutuskan besok pagi naik ke mercusuar (dipaksa, aslinya saya takut haha). Tak banyak aktifitas di malam hari, malam itu kami habiskan dengan barbeque ikan. Dan menghabiskan waktu di dermaga untuk melihat ribuan bintang. ya, di kota mana bisa liat yang beginian 😀
malam di dermaga *photo by louis
Minggu pagi , kami berencana snorkeling di dekat dermaga, tapi apa daya, angin cukup kencang. Akhirnya kami memutuskan menaiki mercusuar sesuai janji kemarin haha, dan, melawan rasa takut, saya berhasil sampai puncak.
mercusuar ini sama dengan di P.Lengkuas
tangga mercusuar setinggi 100m
view dermaga dari puncak mercusuar
pegangan karena takut :))
hutan purba *photo by louis*
Dan sebagian dari kami, ada yang berkeliling ke belakang pulau yang merupakan hutan belantara. Sayang, ada resort tak terurus disini.
kak louis nyekermen *photo by rene*
Hujan menghiasi pagi itu, kekhawatiran akan tidak bisa pulang muncul. Sebagai nelayan yang berpengalaman, Pak Tasid menenangkan kami ” ini tunggu angin lewat saja mbak” ujarnya. Fiuuhh,, legaa.. Sembari menunggu angin reda, kami melakukan packing ulang. Dan berpamitan pada Pak Subur ” yah, bapak sendirian lagi dong” ucap beberapa anak. Singkat cerita kami berpamitan dan menaiki kapal menuju Indramayu.
photo sebelum pulang *by om igun*
Perjalanan pulang slama 5 jam di laut pun kami lalui.
Kesunyian di Pulau Biawak akan kami rindukan ketika kembali ke hiruk pikuk kota.
Dengan terbatasnya transportasi menuju kesana, kami berharap, biarkan Pulau Biawak tetap menjadi misteri dan surga tersembunyi.
Notes :
* Perjalanan dilakukan Maret 2014
* Perjalanan Cirebon-Karangsong ditempuh dengan elf, bisa carter dgn biaya Rp.300.000 kapasitas 15orang
* Sewa kapal kapasitas 10 peserta ( 15 dgn ABK) Rp.2-2.500.000
* Perijinan Rp. 100.000 ( bisa minta tolong nelayan untuk mengurus)
* Homestay Rp. 200.000/ malam kapasitas 15-20 orang
* Bekal makanan sebaiknya dibawa dari Indramayu berupa bahan mentah, bisa request BBQ ikan (beli di nelayan), gas dan air minum bisa disediakan nelayan, dan bisa di masak oleh nelayan, biaya tersebut diluar sewa kapal ( jasa masak, gas, ikan dan air minum)
* tidak ada warung apalagi atm
* tidak ada signal (provider apapun)
* listrik hanya ada pukul 18.oo – 06.00 (sebenernya jam 2 pagi juga udah mati -_-)
* perlu bawa sleeping bag, dan lebih seru tidur di dermaga atau tepi pantai
* tidak ada penyewaan alat snorkeling, lebih baik membawa sendiri